Platform jual-beli cryptocurrency terbesar di dunia dari sisi transaksi, Binance ternyata menderita kerugian besar dari kejatuhan harga aset kripto Terra LUNA dan TerraUSD.
Ceritanya pada 2018, Binance menyuntikkan dana sebesar US$3 juta ke Terra LUNA dan menerima 15 juta token sebagai imbalannya. Pada saat Terra LUNA mencatatkan harga tertinggi sepanjang sejarah, investasi tersebut mencapai US$1,6 miliar atau setara Rp 23,3 triliun (asumsi Rp 14.500/US$).
Namun keuntungan tersebut tak direalisasikan. Binance tidak melepas atau menjual Terra LUNA miliknya. Dengan harga sekarang investasi tersebut tinggal bernilai US$2.391 atau setara Rp 34,67 juta.
Meski menderita kerugian besar, CEO Binance Changpeng Zhao ingin agar investor ritel yang kehilangan uangnya karena anjloknya harga Terra LUNA mendapat penggantian sebelum Binance.
“Untuk memimpin dengan memberikan contoh dalam melindungi pengguna, Binance akan membiarkan [investasi ini] dan meminta tim proyek LUNA untuk memberikan kepada pengguna ritel terlebih dahulu, Binance terakhir, jika perlu,” tulis Changpeng Zhao melalui akun twitter pribadinya, dikutip dari Fortune, Selasa (17/5/2022).
Binance telah menjadi pendukung utama perusahaan Terraform Labs, perusahaan yang menciptakan Terra LUNA dan TerraUSD, selama bertahun-tahun.
Melalui divisi investasinya, Binance jadi investor utama dalam putaran pendanaan Terraform pada 2018 yang berhasil mengumpulkan dana sebesar US$32 juta. Namun, hubungan Terraform Labd dan Binance tidak begitu baik akhir-akhir ini.
Pekan lalu, Changpeng Zhao mengatakan “sangat kecewa” pada bagaimana tim di belakang Terra LUNA dan TerraUSD menangani anjloknya dua aset kripto itu. Hal ini sebagai respons ketika CEO Terraform Labs Do Kwon mengatakan dia ingin melakukan fork Terra, atau membuat blockchain baru dan mendistribusikan jutaan token dalam cryptocurrency baru kepada para pendukung, Zhao jujur dengan pendapatnya.
“Ini tidak akan berhasil,” katanya dalam tweet.
Dalam tweet terpisah Jumat lalu, Zhao mengatakan tentang tim Terra, “Sejauh ini, kami belum mendapat tanggapan positif, atau banyak tanggapan sama sekali.”
Sejatinya aset kripto ini bernama Terra dengan kode perdagangan LUNA. Ini adalah proyek berbasis blockchain yang dikembangkan oleh Terraform Labs di Korea Selatan.
Terra LUNA memiliki ambisi sebagai platform yang menciptakan stablecoin yang dikaitkan dengan uang resmi yang diterbitkan oleh bank sentral. Tujuannya untuk mendukung sistem pembayaran global dengan settlement yang cepat dan terjangkau seperti Alipay di blockchain.
Terra LUNA pertama kali diterbitkan dengan harga US$0,8 per koin dan sempat menyentuh harga tertinggi sepanjang masa sebesar US$119,55 per koin pada April 2022. Terra LUNA juga pernah menjadi aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar keenam dengan nilai US$40 miliar.
Terra LUNA memiliki peran yang vital untuk menstabilkan harga dari Terra stablecoin dan mengurang volatilitas pasar. Ketika stablecoin turun sedikit maka Terra LUNA akan dijual atau dibakar (dihancurkan) untuk menstabilkan harga. Salah satu yang Terra stablecoin paling populer adalah TerraUSD dengan kode perdagangan UST, seperti dikutip dari CoinDesk, Kamis (12/5/2022).
Adapun TerraUSD adalah proyek stablecoin yang dikaitkan dengan nilai tukar dolar AS. Token ini menawarkan peyimpanan nilai yang lebih baik untuk menghindari volatilitas mata uang kripto. Pengembangkan menawarkan target satu koin setara US$1.
Konsep Terraform berbeda dengan stablecoin pada umum. Bila stablecoin lain memiliki cadangan uang resmi yang diterbitkan uang sentral sebagai cadangan untuk menjaga stabilitas harga, Terraform menggunakan token Terra LUNA untuk menstabilkan TerraUSD. Jadi Terra menstabilkan harga TerraUSD dengan aset kripto yang harganya memiliki volatilitas tinggi.
Masalah harga TerraUSD kini bawah targetnya US$1. Tidak diketahui dengan jelas penyebab jatuhnya harga uang kripto stablecoin. Namun yang pasti penurunan harga TerraUSD telah membuat harga Terra LUNA terjun bebas.